Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Materi Seni Budaya Kelas 8 Bab 5 Keunikan Gerak Tari Tradisional


Motif gerak dapat dilihat dari gerak tangan, kaki, kepala, atau anggota tubuh lainnya. Keunikan gerak kaki pada tari dari Papua yaitu kaki bergerak secara ritmis dan dinamis. Tari Pagelu (Sulawesi Selatan) memiliki ciri gerak dengan kaki yang tertahan pada lantai. 





Keunikan gerak mata dijumpai pada tari Bali dengan gerakan bola mata ke kanan ke kiri secara cepat. Ekspresi tari terwakili pada gerakan mata ini. Berikut contoh tari Bali : 









Keunikan gerak jari tangan dijumpai pada tari Gendhing Sriwijaya, lentikan jari­jari tangan merupakan kekuatan tarian. Pada tari Minang dijumpai pada gerakan tangan yang kuat, terkadang mengalun tetapi terkadang patah­patah. Motif gerak Minang banyak dipengaruhi oleh motif gerak pencak silat. 





Keunikan gerak tangan ditemukan pada tari Jawa gaya Surakarta dan Yogyakarta, bentuk­bentuk jari tangan mencirikan karakter tari seperti gagah atau halus. Berikut contoh tari Jawa dengan karakter gagah : 









Keunikan gerak juga dapat dilihat dari ragam. Ragam gerak merupakan kumpulan dari beberapa motif. Pada ragam ”meniti batang” pada tari Melayu, ada koordinasi antara motif gerak kaki, tangan, dan badan. Setiap tari tradisional memiliki keunikan ragam gerak yang khas. Melakukan ragam gerak tradisional harus sesuai dengan kaidah yang berlaku dan sesuai tarian berasal.





Tari tunggal adalah tarian yang dilakukan oleh satu orang, Contohnya tari Topeng Ronggeng (Betawi). Tari berpasangan adalah tarian yang dilakukan oleh dua orang, laki­laki dengan laki­laki, perempuan dengan perempuan, atau laki­laki dengan perempuan. 






Prinsip tari berpasangan yaitu 





  1. Adanya gerakan saling mengisi
  2. Adanya gerakan saling interaksi
  3. Merupakan kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan dalam penyajian. Contoh tari berpasangan yaitu tari Payung (Sumatra Barat) yang diciptakan oleh Huriah Adam.




Tari berkelompok adalah tarian yang dilakukan oleh laki­laki, perempuan, atau campuran laki­laki dengan perempuan. Tari berkelompok di jumpai pada panggung­panggung pertunjukan, contohnya tari Cente Manis (Betawi), Burung Enggang (Kalimantan), Tifa (Papau), Yosim Pancer (Papau), dan tari Belibis (Bali).





Dramatari merupakan bentuk penyajian tari yang memiliki desain dramatik. Ada dua desain dramatik yaitu kerucut tunggal dan kerucut ganda. Desain dramatik kerucut tunggal artinya dalam satu pertunjukan tari hanya ada titik klimaks kemudian menurun. Desain kerucut ganda terdapat beberapa klimaks sebelum akhirnya turun.  





Contoh desain kerucut ganda yaitu cerita Matah Ati yang bersumber pada gerak tari gaya Mangkunegaran. Dramatari ini merupakan bentuk tradisi yang bersumber pada tari tradisi Jawa Tengah. Pada peragaan dramatari selain menguasai secara aspek gerak juga aspek ekspresi. Untuk mendukung cerita harus mampu menerjemahkan naskah menjadi gerak tari. 





Kemampuan menyanyi juga diperlukan untuk tokoh tertentu, karena dialog biasanya dilakukan dengan cara menyanyi, Klimaks kemudian menurun. Desain kerucut ganda pada pertunjukan terdapat beberapa klimaks sebelum akhirnya turun. 





Jika pementasan drama lebih menekankan pada aspek dialog dan juga monolog maka pada dramatari aspek penting adalah bahasa gerak. Penari harus mampu menyampaikan makna melalui gerak tari dan ekspresi. Tema pada tari merupakan ide yang kemudian diwujudkan dalam bentuk judul tari dan pada akhirnya diekspresikan melalui gerak. 





Penyajian tari tradisi tunggal, berpasangan, berkelompok maupun drama tari memerlukan unsur pendukung tari yaitu tata rias dan tata busana. Tata rias dan tata busana memiliki peran penting pada pementasan untuk mendukung karakter dan tokoh tari yang divisualisasikan.





Setiap tokoh memiliki keunikan dan kekhasan dari tata rias dan tata busananya. Tari­tarian di Indonesia memiliki kekayaan keunikan tata rias dan tata busana karena setiap daerah memiliki ciri masing­masing. Berdasarkan tata rias dan tata busana seseorang dapat menebak dari mana tarian itu berasal.





Setiap tari memiliki tata rias dan tata busana tersendiri. Tata rias dan tata busana juga berkaitan dengan tema tari dan karakter tari yang di ba wakan. Tata rias dan tata busana untuk penari pria berbeda dengan penari wanita. Perbedaan ini juga untuk semua nama tari.





Tata rias dan tata busana tari tradisi biasanya masih tetap berpijak pada tata rias dan tata busana tradisional. Hal ini untuk menunjukkan identitias pengembangan gerak yang dilakukan sesuai dengan daerahnya. Penonton melalui tata rias dan tata busana yang di kenakan akan mengetahui dari daerah mana gerak tari tradisi itu dikembangkan. 





Berlatih Meragakan Gerak Tari Tradisi dengan Hitungan





1. Gerakan Loncat 





  • Hitungan satu menepuk  rebana ke samping  kiri sambil berjalan
  • Hitungan dua menepuk rebana ke samping kanan sambil berjalan
  • Hitungan tiga, lima, dan tujuh gerakan sama dengan hitungan satu
  • Hitungan empat, enam, dan delapan gerakan sama dengan hitungan dua
  • Lakukan 4 x 8 hitungan, seperti gambar berikut : 








2. Gerakan Tepuk Rebana di Atas Kepala : 





  • Hitungan satu menepuk rebana ke atas
  • Hitungan dua menepuk rebana ke bawah
  • Hitungan tiga, lima, dan tujuh gerakan sama dengan hitungan satu
  • Hitungan empat, enam, dan delapan gerakan sama dengan hitungan dua
  • Lakukan 4 x 8 hitungan, seperti gambar berikut : 








Catatan: Properti yang digunakan dapat diganti dengan rebana, tempurung, kipas, dan lagu iringan disesuaikan gaya tari tradisional yang dikembangkan.





Tari kreasi baru merupakan hasil ciptaan penata tari yang bersumber pada tari tradisional daerah setempat. Setiap penata tari memiliki ciri khas tertentu sebagai pembeda antara ciptaan dirinya dengan orang lain. Unsur pendukung tari pada prinsipnya sama antara tari kreasi dengan tari tradisional. 





Unsur pendukung berperan penting terhadap penampilan tari sehing ga makna yang ingin disampaikan kepada penonton dapat terwujud. Unsur pen dukung dapat berupa properti tari, tata rias dan tata busana, tata panggung, dan tata iringan. Pengolahan unsur pendukung secara baik tergantung kreativitas penata tarinya.





Daftar Pustaka
Purnomo, Eko., Deden H., Buyung R., & Julius Juih. 2017. Seni Budaya SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.