Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Materi Seni Budaya Kelas 7 Bab 15 Merancang Pementasan


Teater adalah seni pertunjukan yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi, dan rupa yang dijalin dalam sebuah cerita tentang kehidupan manusia. Pada pelaksanaannya seni teater membutuhkan banyak orang. Teater dikenal sebagai seni kolektif, yaitu saling membutuhkan satu dengan yang lain. 






Dalam merancang pementasan teater ada 3 kegiatan, yaitu : 





  1. Membentuk panitia
  2. Membuat rancangan pentas
  3. Melakukan latihan




Agar lebih terarah, perlu dibentuk kepanitiaan yang bertanggungjawab pada bidang kerjanya masing-masing. Ketika membentuk kepanitiaan yang harus diperhatikan adalah menyatukan hati dan kesadaran semua yang terlibat untuk tujuan yaitu membuat pementasan yang baik, berhasil, dan sukses. 





Pementasan harus terlaksana sebagai sebuah pertunjukan yang memberikan pembelajaran berharga bagi semua pendukung dan penonton. Kepanitiaan bekerja dengan baik sehingga berhasil mendatangkan banyak penonton yang bisa menghargai pementasan kita. Kesuksesan yang diraih memotivasi kita untuk mementaskan kembali pertunjukan yang baru dengan lebih baik lagi.





Jika panitia sudah terbentuk tugas, fungsi, dan tanggungjawab setiap unit sehingga lebih mudah dalam melakukan organisasi kerja. Panitia merupakan organisasi yang bertanggungjawab penuh terhadap keberhasilan pelaksanaan pementasan teater. Setiap anggota panitia harus mengetahui orang yang diberikan laporan jika ada permasalahan di lapangan.





Ketua panitia merupakan manajer dalam organisasi pementasan. Ketua bertanggungjawab terhadap keberhasilan pementasan. Anggota panitia memiliki kewajiban untuk saling membantu dengan unit lain sehingga beban kerja terbagi rata.





Pembuatan rancangan pentas harus menyesuaikan kebutuhan dari naskah. Apabila menceritakan lingkungan di hutan, maka rancangan setting atau latar belakang panggung berupa gambar hutan lengkap dengan pohon-pohon yang dibuat tiga dimensi. 





Perlengkapan properti atau peralatan yang mendukung suasana diatas pentas perlu dibuat seperti batu-batu, ranting, rumah kayu. Setting dan properti sebaiknya dibuat dengan kreativitas dan memanfaatkan bahan-bahan bekas. Bahan-bahan bekas dapat dibentuk menjadi benda yang mempunyai nilai keindahan.





Pengetahuan tentang tata teknik pentas diperlukan untuk mengenal dan mengetahui cara kerja yang baik dalam merancang pementasan. Pengenalan istilah tempat pementasan untuk teater dan beberapa jenis arena pentas bisa memberikan gambaran untuk lebih kreatif dalam merancang pementasan.





Panggung teater bukan hanya berupa panggung yang sudah resmi dibangun dalam gedung pertunjukan, tapi bisa menggunakan ruang kelas, aula sekolah, bahkan lapangan sekolah bisa dijadikan panggung tempat pertunjukan teater. Kreativitas dan pemahaman tentang tata pentas bisa terwujud. 





Berikut ini contoh panggung dan tempat pementasan : 





1. Teater arena bentuk U









2. Teater arena bentuk melingkar 









Latihan diperlukan dalam merancang pementasan teater. Tidak ada keberhasilan tanpa usaha dan kerja keras. Latihan teater dipimpin oleh pelatih teater atau koordinator latihan. Latihan yang mengarah pada pementasan biasanya dilakukan langsung oleh sutradara yang ditunjuk untuk menangani pementasan.





Latihan yang baik diawali dengan latihan rutin berupa pemanasan, olah tubuh, yang berguna mempersiapkan kebugaran pemain, dan olah suara yang berguna mempersiapkan suara pemain. Jika latihan teratur dan mencukupi dalam setiap minggunya, pementasan yang baik bisa terwujud.





Berikut contoh naskah teater pendek bertema alam yang dapat digunakan untuk latihan peran, olah vokal, olah tubuh, maupun olah rasa : 





SI PIKO ”Ikan Serakah” (diadaptasi dari cerita Piko oleh Ekpur)





Tokoh-tokoh: Piko, Nori, Qori, Bolu, dan Koki





Narasi : 





Nori adalah seekor anak ikan yatim piatu, ayah dan ibu nori sudah meninggal. Nori hanya hidup dengan kakaknya. Mereka sangat akrab karena tidak mempunyai saudara lagi. Kakak Nori yang bernama Piko sangat rakus dan serakah. Setiap Nori mendapat cacing pasti direbut Piko. Nori tidak pernah marah karena Piko adalah kakak satu-satunya. Sekarang ia malah selalu mencarikan cacing untuk Piko. Nori hanya makan binatang kecil-kecil dan lumut saja. 





Nori : “Kak lihat! Ada cacing bersembunyi disini, cepat Kak, ia ingin melarikan diri.”





Qori : “Ayo Piko…tangkap cacing itu.”





Piko : “Hmmmm… enak sekali, terimakasih Nori…”





Kau memang adik yang baik, tapi maaf ya…aku memang suka sekali makan cacing.





Nori : “Tidak apa-apa Kak, aku senang Kakak bertambah gemuk.”





Piko : “Iya… aku tambah gemuk ya…pasti karena banyak cacing aku makan.”





Piko belum bisa menahan nafsunya, setiap melihat cacing pasti direbutnya tidak peduli apa pun risikonya meskipun harus bertengkar dengan ikan lain.





Suatu ketika, Nori melihat cacing gemuk menggeliat-geliat di air. Di dekatinya secara perlahan-lahan, tampaknya agak mencurigakan. Aneh….Meskipun bergerak-gerak, cacing tersebut masih di tempatnya.





Nori : “Apa tuh……?” (sambil menyelidik)





Piko : “Wah, cacing yang gemuk. Piko gembira sekali Nori menemukan cacing, tanpa bertanya piko langsung memakannya.”





Nori : “Jangaaaaaaaa………..nnnn!”





Tapi, terlambat…Piko sudah melahap cacing itu dan Nori menyadari adanya bahaya. Ternyata cacing yang dimakan Piko adalah umpan kail, dan kail pun tertancap di mulut Piko.





Piko : “Eeeeeeeekkk!!!! Tooolooo…ng”





Bolu dan Koki melihat Piko dan mereka langsung berusaha untuk memutuskan tali kail, sementara Piko masih meringis kesakitan





Piko : “Aaaaaahh…sakkiit”





Nori : “Sabar Kak…”





Koki : “Tenang Piko kami akan berusaha menolongmu”





Akhirnya Koki dan Bolu berhasil memutuskan tali pancingan.





Nori : Alhamdulillah… Terimakasih teman-teman.” 





Piko masih meringis kesakitan





Piko : “Hu…hu…hu…hu…sakkkkiiit.”





Bolu dan Koki menghampiri sambil berkata,





Bolu : “Sudahlah Piko bahaya sudah berlalu.”





Koki : “Iya…”





Bolu : “Untung kami cepat-cepat datang, kalau tidak…”





Koki : “Iya ya…?”





Nori : “Terimakasih teman-teman. Kakak, ucapkan terimakasih kepada Bolu dan Koki karena mereka telah menyelamatkan kakak tadi.”





Piko : “hu…hu..hu.. terima kasih teman-teman maafkan aku ya…? maafkan aku… aku akan merubah sikapku dan aku berjanji akan menjadi kakak yang baik untuk adikku Nori. Nori, maafkan kakakmu ini ya? Hu…hu…hu…”





Bolu dan Koki : “Sudahlah Piko kami sudah memaafkanmu…”





Qori : “Ada apa nih?… kenapa dengan Piko teman-teman.”





Bolu dan Koki : “Aaahh… kamu Qori, kamu kemana saja tadi???”





Qori : “He..he….he…”





Nori : “Sudah… sudah… nanti aku ceritakan ya Qori.. sekarang aku ingin merawat kakakku dulu.”





Qori : “Oke… aku tunggu cerita darimu ya…?”





Nori : “Terimakasih Tuhan… Engkau telah memberikan teman yang baik untukku dan kakakku Piko.” 





Qori,Koki,Bolu : Amin…amin…amin…”





Pesan Moral : Orang yang tidak dapat mengendalikan nafsunya pasti akan mendapat celaka.





Daftar Pustaka
Purnomo, E., Deden, H., Buyung, R. & Julius, J. 2017. Seni Budaya SMP/MTs Kelas VII. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.