Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rangkuman Bahasa Indonesia Kelas 7 Bab 5 Mewarisi nilai luhur dan mengkreasikan puisi rakyat


Berikut rangkuman materi Bahasa Indonesia kelas 7 bab 5 yang membahas tentang mewarisi nilai luhur dan mengkreasikan puisi rakyat. Rangkuman ini disusun berdasarkan buku paket BSE Bahasa Indonesia terbitan kemendikbud kurikulum 2013 revisi terbaru.






A. Mengenal dan Manfaat Memahami Puisi Rakyat





Puisi rakyat berupa pantun, syair, gurindam, atau puisi rakyat yang berkembang di daerah tertentu. Pada acara-acara  di televisi, kepiawaian membuat pantun masih menjadi andalan untuk melucu. Pada lagu-lagu juga masih ditemukan pantun. Sementara untuk gurindam, syair, dan sastra lama yang lain agak kurang lagi didengar.





Puisi lama terlihat kaku karena terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah kata dalam tiap baris, jumlah baris dalam tiap bait dan juga pengulangan kata yang bisa di awal maupun di akhir sajak atau kita kenal dengan sebutan rima. 





Pantun 1 





Air surut memungut bayam, 





Sayur diisi ke dalam kantung; 





Jangan diikuti tabiat ayam, 





Bertelur sebiji riuh sekampung.





Pantun 2 





Baik bergalas baik tidak, 





Buli-buli bertali benang; 





Baik berbalas baik tidak, 





Asal budi sama dikenang.





Gurindam 1





Jika hendak mengenal orang yang baik perangai 





lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai. 





Gurindam 2





Cahari olehmu akan sahabat, 





yang boleh dijadikan obat.





Syair 





Syair perahu 





Inilah gerangan suatu madah 





Mengarangkan syair terlalu indah 





Membetuli jalan tempat berpindah 





Di sanalah iktikat diperbetuli sudah





Wahai muda kenali dirimu 





Ialah perahu tamsil hidupmu 





Tiadalah berapa lama hidupmu 





Ke akhirat jua kekal hidupmu





Hai muda arif budiman 





Hasilkan kemudi dengan pedoman 





Alat perahumu jua kerjakan 





Itulah jalan membetuli insan





Perteguh jua alat perahumu 





Hasilkan bekal air dan kayu 





Dayung pengayuh taruh di situ 





Supaya laju perahumu itu





Sudahlah hasil kayu dan ayar 





Angkatlah pula sauh dan layar 





Pada beras bekal jantanlah taksir 





Niscaya sempurna jalan yang kabir





Karya: Hamzah Fansuri





Gurindam 





Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari negeri India. Istilah gurindam berasal dari bahasa India, yaitu kirindam berarti “mula-mula” atau “perumpamaan”.





Gurindam sarat nilai agama dan moral. Tak dimungkiri bahwa gurindam bagi orang dulu sangat penting dan dijadikan norma dalam kehidupan. Seperti apakah gurindam sebenarnya? Gurindam adalah puisi lama (Melayu) yang sangat penting sebagai warisan budaya. 





Ciri gurindam 





  1. Terdiri atas dua baris dalam sebait.
  2. Tiap baris memiliki jumlah kata sekitar 10-14 kata.
  3. Tiap baris memiliki rima sama atau bersajak a-a, b-b, c-c, dan seterusnya.
  4. Merupakan satu kesatuan yang utuh.
  5. Baris pertama berisi soal, masalah, atau perjanjian.
  6. Baris kedua berisi jawaban, akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama. 
  7. Isi gurindam biasanya berupa nasihat, filosofi hidup atau kata-kata mutiara.




Pantun 





Pantun adalah puisi Melayu yang mengakar dan membudaya dalam masyarakat. Pantun tersebar hampir diseluruh Indonesia. Fungsi pantun di semua daerah (Melayu, Sunda, Jawa, atau daerah lainnya) sama, yaitu untuk mendidik sambil menghibur.





Melalui pantun kita menghibur orang dengan permainan bunyi bahasa, menyindir (menegur bahwa sesuatu itu kurang baik) secara tidak langsung, atau memberi nasihat. Melalui pantun leluhur kita terkesan lebih santun untuk menegur atau menasihati orang secara tidak langsung agar orang yang kita tuju tidak merasa malu atau dipojokkan. 





Ciri-ciri pantun dapat dilihat berdasarkan bentuknya. Ciri-ciri ini tidak boleh diubah. Jika diubah, pantun tersebut akan menjadi seloka, gurindam, atau bentuk puisi lama lainnya. 





Ciri-ciri pantun :





  1. Tiap bait terdiri atas empat baris (larik).
  2. Tiap baris terdiri atas 8-12 suku kata.
  3. Rima akhir setiap baris adalah a-b-a-b
  4. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran.
  5. Baris ketiga dan keempat merupakan isi.




Syair 





Syair adalah salah satu puisi lama. Syair berasal dari Persia dan dibawa masuk ke Nusantara bersama dengan masuknya Islam ke Indonesia. Kata atau istilah syair berasal dari bahasa arab yaitu syi’ir atau syu’ur yang berarti “perasaan yang menyadari”, kemudian kata syu’ur berkembang menjadi syi’ru yang berarti puisi dalam pengetahuan umum. 





Dalam perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan dan modifikasi sehingga menjadi khas Melayu, tidak lagi mengacu pada tradisi sastra syair negeri Arab. Penyair yang berperan besar dalam membentuk syair khas Melayu adalah Hamzah Fansuri dengan karyanya, antara lain: Syair Perahu, Syair Burung Pingai, Syair Dagang, dan Syair Sidang Fakir.





Ciri-ciri syair antara lain :





  1. Tiap bait terdiri atas empat baris (larik).
  2. Tiap baris terdiri atas 8-14 suku kata.
  3. Rima akhir setiap baris adalah a-a-a-a.
  4. Semua baris adalah isi.
  5. Bahasa yang digunakan biasanya berupa kiasan. 




B. Menyimpulkan Isi Puisi Rakyat





  • Mencari makna kata sulit pada syair
  • Menyimpulkan nilai-nilai moral yang terdapat pada syair di atas. 




C. Menelaah Struktur dan Kebahasaan pada Puisi Rakyat





Struktur pantun





Struktur penyajian pantun dua larik sampiran dan dua larik isi pantun. Dua larik pertama merupakan pengantar untuk masuk pada isi larik 3 dan 4. Makna/isi pada larik 1 dan 2 dengan larik 3 dan 4 tidak berhubungan.





Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, pantun larik 1 dan larik 2 menggunakan kalimat perintah. Larik satu dan larik 2 merupakan kalimat berdiri sendiri.





Larik 3 dan 4 merupakan kalimat saran dengan pola hubungan syarat (kalau), pada larik 3 dan  larik 4 merupakan hasil . Larik 3 dan 4 merupakan satu kalimat majemuk.





Struktur gurindam





Struktur penyajian gurindam  dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat (larik 1 apabila…) dan pada larik 2 kondisi / keaadaan jika syarat dilakukan.





Struktur Syair





Struktur penyajian syair  satu bait  terdiri atas 4 larik. Pola rima  sama (a-a-a-a).  Keempat larik  syair merupakan isi dan terkait dengan bait-bait yang lain. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan syair  tersebut larik 1 menggunakan kalimat  untuk  menyapa  (menggunakan kata seru Hai ….)





Larik larik 2 dan 3merupakan kalimat perintah kepada generasi muda yang disapa pada larik 1. Larik 4 pada kutipan syair tersebut merupakan akibat yang akan ditemui jika melakukan apa yang diperintahkan pada larik 2 dan 3.





Pilihan kata yang digunakan pada syair tersebut merupakan kata bersifat simbolik dan ungkapan lama. Pilihan kata sangat indah dengan makna yang dalam.





Kalimat Perintah 





Kalimat perintah adalah kalimat yang berisi atau bermaksud memberi perintah atau suruhan.





Contoh: Buanglah sampah pada tempatnya





Kalimat saran 





Kalimat saran adalah kalimat yang berisi tentang saran kepada orang lain untuk kebaikan orang lain (sebaiknya, seyogyanya). 





Contoh: 





Sebaiknya kau pikir dahulu 





Demi keputusan yang tepat





Kalimat ajakan 





Kalimat ajakan adalah kalimat yang berisi ajakan kepada orang lain untuk melakukan suatu perbuatan (ayo dan mari). 





Contoh: Marilah kita jaga agar lestari





Kalimat seru 





Kalimat seru adalah kalimat yang mengungkapkan rasa hati, seperti kagum, heran, senang, dan sedih (alangkah, betapa, dan bukan main). 





Contoh: 





Alangkah indahnya alam Indonesia ini. 





Wahai, pemuda Indonesia teruslah berjuang melestarikan budaya   kita.





Kalimat larangan 





Kalimat larangan adalah kalimat yang berisi larangan agar orang lain tidak melakukan kegiatan (jangan, hidari). 





Contoh: Janganlah berprasangka buruk kepada sesama.





Kata penghubung yang sering digunakan pada puisi rakyat





Kata penghubung tujuan 





Merupakan kata penghubung modalitas yang menjelaskan maksud dan tujuan suatu acara atau tindakan (supaya, untuk, agar, dan guna). 





Kata penghubung sebab (kausal) 





Menjelaskan bahwa suatu peristiwa atau tindakan terjadi atas sebab tertentu (sebab, sebab itu, karena, dan oleh karena itu). 





Kata penghubung akibat 





Konjungsi yang menggambarkan suatu peristiwa atau tindakan terjadi atas sebab peristiwa lain. Konjungsi yang dipakai adalah sehingga, sampai, dan akibatnya. 





Kata penghubung syarat 





Konjungsi syarat yang menjelaskan suau hal bias terpenuhi apabila syarat yang ada dipenuhi, atau dijalankan. Contoh kata yang digunakan adalah jika, jikalau, apabila, asalkan, kalau, dan bilamana.





Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk 





Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu subjek dan satu predikat.





Contoh Pagi-pagi saya sarapan.





Kalimat majemuk 





Kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki lebih dari satu subjek atau predikat. Kalimat majemuk terjadi dari penggabungan dua kalimat dasar atau lebih.





Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang terjadi dari beberapa kalimat tunggal yang kedudukannya tidak setara/sederajat.





Kalimat majemuk hubungan syarat 





Ditandai dengan : jika, seandainya, asalkan,apabila, andaikan. 





Contoh : Jika hidup bermalas-malasan, masa depan tak tentu arah.





Kalimat majemuk hubungan tujuan 





Ditandai dengan : agar, supaya, biar. 





Contoh : Agar hidup tercapai tujuan, hendaklah pemuda rajin belajar.





Kalimat majemuk konsensip 





Ditandai dengan : walaupun, meskipun, biarpun, kendatipun, sungguh pun 





Contoh : Walaupun  belajar banyak godaan, tetaplah teguh mencapai harapan.





Kalimat majemuk hubungan penyebaban 





Ditandai dengan : sebab, karena, oleh karena 





Contoh : 





Hari ini aku bersedih karena  berpisah dengan sahabat.               





Hari ini aku bersedih karena berpisah dengan orang terkasih.





Kalimat majemuk hubungan perbandingan 





Ditandai dengan: ibarat, seperti, bagaikan, laksana, sebagaimana, lebih baik. 





Contoh :  Belajar di waktu kecil seperti melukis di atas batu.





Kalimat majemuk hubungan akibat 





Ditandai dengan : sehingga, sampai-sampai, maka 





Contoh : Dian belajar begitu keras sehingga dapat memenangi olimpiade itu.





Kalimat majemuk hubungan cara 





Contoh : 





Dengan cara menjual koran, dia mendapatkan uang untuk hidup 





Dengan berpikir cermat generasi muda menggapai asa.





D. Menyajikan Puisi Rakyat Secara Lisan dan Tulus





Langkah  membuat pantun 





  1. Tentukan ide yang akan disampaikan  (kalau hidup bekerja keras kelak hidupnya menjadi sukses). 
  2. Menata ide menjadi dua larik (dengan bunyi akhir yang berbeda). 
  3. Memilih kosakata yang diakhir dengan bunyi seperti dua larik. 
  4. Membuat larik  sampiran dari benda/kondisi yang tidak berkaitan langsung dengan isi.
  5. Menata kembali kalimat/larik dengan rima dari kosakata yang  berima sama. 
  6. Menata pantun secara logis.




Langkah membuat gurindam dan syair hampir sama dengan langkah membuat pantun hanya saja  perlu disesuaikan dengan syarat gurindam dan syair.