Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Sukses Pendiri Rungguru, Belva Devara


Siapa yang nih yang gak kenal dengan Ruangguru? Pasti kamu udah tahu kan aplikasi belajar online nomor 1 di Indonesia yaitu Ruangguru. Tapi, apakah kamu udah tahu, siapa pendiri Ruangguru?





Nah, pada artikel ini akan dijelaskan profil dan kisah sukses dari pendiri Ruangguru, yaitu Adamas Belva Syah Devara.





Adamas Belva Syah Devara atau akrab dengan sebutan Belva Devara adalah pria kelahiran Jakarta, 30 Mei 1990. Berikut profil lengkap Belva Devara.






Profil Adamas Belva Syah Devara





Adamas Belva Syah Devara (lahir di Jakarta, 30 Mei 1990) adalah seorang pengusaha, tokoh muda, dan aktivis sosial. Belva Devara, alumnus bergelar ganda dari Harvard University dan Stanford University ini dikenal sebagai Pendiri dan Direktur Utama (CEO) dari perusahaan startup di bidang pendidikan dan teknologi terbesar di Indonesia, Ruangguru. Pada tahun 2017, ia terpilih sebagai salah satu dari 30 pengusaha muda paling berpengaruh di Asia oleh Forbes Magazine.





Riwayat Pendidikan





  • SMP Al Azhar 8 Kemang Pratama (2001-2004)
  • SMA Presiden (2004-2007)
  • Nanyang Technological University (2007-2011)
  • Stanford University (2013-2015)
  • Harvard University (2014-2016)




Prestasi dan Organisasi





  • Prestige Magazine 40 under 40 The Vanguards 2018
  • ASEAN 40 under 40 oleh ASEAN Advisory 2018
  • Forbes 30 under 30 2017
  • Atlassian Foundation MIT SOLVE Grantee 2017
  • Australian DFAT MIT SOLVE Grantee 2017
  • GSMA Innovation Fund Grantee 2017
  • Wirausahawan Paling Menjanjikan di ASEAN 2016
  • Social Enterprise of the Year 2016 (Wirausahawan Sosial 2016)
  • Penghargaan Bubu Awards 2015
  • Medali Emas Lee Kuan Yew 2011
  • Medali Emas Accenture 2011
  • Medali Emas Infocomm Development Authority of Singapore 2011
  • Young Leader for Indonesia 2011
  • Medali Bhagaskara Adi Tanggap 2007




Latar Belakang





Adamas Belva Syah Devara, anak pertama dari tiga bersaudara, lahir di Jakarta pada tanggal 30 Mei 1990. Walaupun bukan dari keluarga dengan tingkat ekonomi tinggi, kedua orang tua Belva yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil, selalu berusaha memberikan pendidikan terbaik sejak kecil.





Belva menempuh pendidikan menengah pertama di SMP Islam Al Azhar 8, dan pendidikan menengah atas di SMA Presiden, sebuah sekolah semi-militer bertaraf internasional. Ia sudah dikenal sejak dulu sebagai seseorang yang cemerlang, dengan kecerdasan berada di atas tingkat rata-rata teman seusianya.





Selama SMA, ia selalu meraih peringkat satu dan menjuarai berbagai kompetisi olimpiade ilmiah, pidato, dan debat berbahasa inggris. Berkat itu, ia diberikan beasiswa penuh dan tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun untuk biaya pendidikan selama SMA. Ia pun dikenal aktif berorganisasi, terpilih untuk menjabat sebagai Ketua OSIS di SMA Presiden.





Adamas Belva Syah Devara lulus dari Universitas Harvard, 2016.





Pada tahun 2007, Belva terpilih menjadi salah satu dari delapan siswa Indonesia yang mendapatkan beasiswa penuh dari pemerintah Singapura untuk melanjutkan studinya ke Nanyang Technological University, Singapura, salah satu institut teknik terbaik di Asia.





Ia merupakan orang Indonesia pertama yang diterima di program gelar ganda dalam program studi Ilmu komputer dan Bisnis di Nanyang Technological University.





Selama kuliah, Belva mendapatkan banyak prestasi akademis dan berhasil masuk pada Double Dean’s List sebagai salah satu dari 5% mahasiswa dengan prestasi tertinggi, dalam program studi Ilmu komputer maupun Bisnis. Pada tahun 2009, ia terpilih oleh universitas untuk ikut serta dalam program pertukaran pelajar ke University of Manchester, Manchester, Inggris.





Puncaknya pada tahun 2011, Belva berhasil meraih tiga medali emas prestisius dari Nanyang Technological University, Lee Kuan Yew Gold Medal, (penghargaan tertinggi bagi mahasiswa di universitas), Infocomm Development Authority of Singapore Gold Medal (penghargaan bagi peraih nilai akademis tertinggi di program studi Ilmu komputer), dan Accenture Gold Medal (penghargaan bagi peraih nilai akademis tertinggi di program studi Bisnis).





Atas prestasinya, sembari kuliah, ia mendapatkan kesempatan bekerja di perusahaan berpengaruh di Singapura, Goldman Sachs dan Accenture. Selain prestasi akademis, Belva juga aktif dalam kegiatan organisasi. Ia dipercaya untuk menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Perhimpunan Pelajar Indonesia Singapura dan dinobatkan menjadi Young Leader for Indonesia 2011 oleh McKinsey & Company.





Pada tahun 2013, ia melanjutkan pendidikan pascasarjananya dan menjadi orang Indonesia pertama yang diterima di program gelar ganda di Harvard UniversityCambridge, Massachusetts dan Stanford University, Palo Alto, California sekaligus, dua universitas paling bergengsi di dunia. Di Harvard University ia mengambil jurusan Master of Public Administration (Kebijakan Publik), sedangkan di Stanford University, ia mengambil jurusan Master of Business Administration (Bisnis Manajemen).





Karena berprestasi dalam bidang akademis, ia juga mendapatkan kesempatan terdaftar sebagai mahasiswa tamu di Massachusetts Institute of Technology, yang juga merupakan salah satu universitas terbaik di dunia. Belva juga tercatat terdaftar silang (cross-registered) sebagai mahasiswa di fakultas lain di Universitas Harvard, termasuk Harvard Law School, Harvard Medical School, dan Harvard Graduate School of Education.





Ia juga aktif menjadi peneliti (Fellow) di Harvard Ash Center for Democratic Governance and Innovation. Untuk program pascasarjana di Amerika Serikat ini, ia berhasil mendapatkan beasiswa penuh dari Lembaga Pengelola dana Pendidikan, yang dikelola oleh Kementerian Keuangan. Tidak hanya berprestasi akademis, ia pun banyak dikenal sebagai salah satu alumni penerima beasiswa Lembaga Pengelola dana Pendidikan yang telah berkontribusi untuk kemajuan tanah air lewat kiprahnya di dunia teknologi pendidikan.





Karier dan Bisnis





Seusai studi sarjananya di Singapura, Belva memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan menolak banyak tawaran pekerjaan dengan gaji yang tinggi di Singapura. Di Jakarta, ia memutuskan untuk bekerja di Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan di bawah kepemimpinan Kuntoro Mangkusubroto, dan sebagai konsultan manajemen di McKinsey & Company.





Dalam kapasitas tersebut, ia memimpin berbagai studi internasional mengenai transformasi sistem pendidikan dan strategi peningkatan kesehatan publik untuk negara-negara di kawasan Asia Tenggara, komunitas donor, dan agensi internasional, yang berbuah pada penghargaan Client First Award yang diraihnya sebagai salah satu konsultan manajemen terbaik di Asia Tenggara pada tahun 2012.





Dari pengalaman ini, ia bertekad untuk juga terjun langsung untuk membantu Indonesia dalam transformasi sistem pendidikan. Pada tahun 2014, ia pun mendirikan Ruangguru, sebuah startup teknologi dengan misi sosial pendidikan, bersama dengan sahabatnya, Muhammad Iman Usman.





Setelah lulus dari program gelar ganda di Amerika Serikat, pada tahun 2016, ia memutuskan untuk fokus dalam perbaikan pendidikan di Indonesia, dan kembali ke tanah air menjabat sebagai posisi Direktur Utama di Ruangguru. Di bawah kepemimpinan Belva, hanya dalam setahun, Ruangguru berkembang pesat lima kali lipat dan menjadi perusahaan teknologi pendidikan terbesar di Indonesia, menjangkau lebih dari 10 juta siswa dan 150.000 guru.





“Kami percaya bahwa teknologi adalah kunci untuk melampaui pencapaian pendidikan nasional selama ini dan memastikan bahwa semua anak, tidak peduli domisili dan status ekonominya, memiliki akses yang sama terhadap konten pendidikan berkualitas tinggi. Kami sangat bangga dengan pencapaian tim Ruangguru, dan terus bersemangat bahwa kami mungkin akan menjadi katalisator utama dalam transformasi pendidikan di negara ini dengan teknologi