Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengapa Kita Butuh Mimpi Saat Tidur?



Mengapa Kita Butuh Mimpi Saat Tidur? | Mimpi mmerupakan bunga tidur yang menghiasi fase istirahat seseorang ketika terlelap di malam hari. Mimpi selalu dialami oleh setiap orang ketika tidur pada malam hari. Namun, kebanyakan orang ada yang ingat tentang mimpi ketika tidurnya tadi malam dan juga tidak sedikit orang yang lupa dengan mimpinya tadi malam. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar.


Secara ilmiah, mimpi adalah upaya otak menjaga tubuh agar tetap waras. Secara psiko analisis, mimpi adalah saluran aman untuk mengeluarkan emosi yang tidak bisa dikeluarkan saat orang sedang terjaga. Menurut Andreas Prasadja, Dokter spesialis Kesehatan Tidur dari RS. Mitra Kemayoran kepada CNN Indonesia yang akrab disapa dengan dokter Ade, mengatakan

“Manusia bermimpi setiap malam setiap tidurnya, itu sudah pasti. Dan tahap tidur mimpi menjaga agar otak tetap waras.”


Baca Juga:  Sering Cegukan? Hati-Hati Bisa Kena Operasi!


mengapa-kita-bermimpi



Dokter Ade juga mengatakan bahwa bermimpi adalah cara tubuh membangun kemampuan otak. Bermimpi berfungsi menjaga kreativitas, emosional, dan meningkatkan kemampuan berpikir. Celaka jika seseorang tidak bisa bermimpi. Bahkan pada pria, tidak bisa bermimpi bisa menyebabkan disfungsi ereksi.


Seperti yang dijelaskan oleh dokter Ade, mimpi memiliki fungsi sangat penting untuk otak. Ketika sebelumnya, seseorang kekurangan tidur dan tidak bisa bermimpi, maka otak akan mengkompensasi kekurangan mimpi. Tetapi obat – obatan seperti obat tidur, obat penenang, juga bisa menekan mimpi.



Mimpi erat kaitannya dengan memori jangka pendek dan jangka panjang. Kejadian yang muncul dalam mimpi biasanya adalah kejadian acak dari memori yang sudah ada di otak kita. Jika gambaran mimpi tersebut sangat berkesan, kita akan langsung mengingatnya ketika terbangun dari tidur. Namun jika mimpi tersebut tidak memberi kesan mendalam, maka isi dari mimpi akan hilang begitu saja.



Isi dari mimpi itu acak, absurd. Tetapi muatan emosinya nyata. Contoh, ketika malam hari kita tidur dan bermimpi bertemu sang kekasih, maka ketika bangun tidur kita akan senyum – senyum sendiri. Tetapi jika mimpinya sedih, bangun tidur bantal kita akan basah dan kita juga merasa sedih.



Kapan mimpi terjadi? Dalam siklus tidur sehat, ada 4 tahap yang harus dilalui, yaitu tahap N1 (tidur ringan), tahap N2 (tidur sedang), tahap N3 (tidur dalam), dan tahap R (REM atau Rapid Eye Movement). Dan manusia akan mengalami mimpi ketika masuk tahap R atau tidur nyenyak. Keempat tahap tersebut akan kita alami secara naik turun. Jika kita terbangun disaat tahap R, maka kita akan lebih mudah untuk mengingat isi mimpi kita. Tetapi jika kita terbangun pada tahap N1, maka akan lebih sulit untuk mengingat isi mimpi kita.



Pendapat lain tentang mimpi juga telah dilakukan riset oleh Berkeley, University of California yang mengindikasikan bahwa lamanya waktu bermimpi ketika tidur dapat mengataasi penderitaan yang menyakitkan. Berkeley, menemukan bahwa selama fase mimpi dalam tidur, tepatnya pada tahap R yaitu ketika bola mata bergerak cepat saat tidur, zat kimia stres dipadamkan dan otak memproses pengalaman emosional serta mengikis memori yang menyakitkan.



Penemuan ini menawarkan sebuah penjelasan yang menarik perkara mengapa orang yang menderita kelainan stres pasca kejadian traumatis, menemui kesulitan untuk pulih dari pengalaman yang membuatnya tertekan dan berulang kali dihantui mimpi buruk. Penelitian ini juga menemukan mengapa kita bermimpi ketika tidur.



Menurut Matthew Walker, dosen psikologis dan neuroscience, University of California yang terlibat dalam studi yang dipublikasikan dalam jurnal Current Biology, menjelaskan bahwa tahap mimpi tidur, berdasarkan kompisisi neurokimianya yang unik, memberikan semacam terapi sepanjang malam. Sejenis balsam menenangkan yang membuang semua hal yang tajam dari pengalaman emosional sebelumnya.



Bagi penderita stres pasca traumatis, terapi mimpi ini mungkin tidak bekerja secara efektif. Sehingga ketika kilas balik, misalnya dipicu oleh ban mobil meletus, mereka mengalami kembali seluruh pengalaman mengerikan itu karena emosinya tidak disingkirkan dari memori dengan benar selama tidur.



Selain itu, hasil studi ini menawarkan berbagai informasi tentang fungsi emosional tidur pada tahap R, yang biasanya mencakup 20% dari waktu tidur seorang manusia sehat. Studi sebelumnya mengindikasikan bahwa pola tidur sehat itu tidak berjalan sebagaimana menstinya pada orang yang menderita kelainan stres seperti traumatis dan depresi.


Baca Juga:  Mengapa Telapak Tangan Berkeringat? Ini Penyebabnya!


Demikianlah fakta sains mengenai Mengapa Kita Butuh Mimpi Saat Tidur? Mimpi ketika tidur bisa untuk mengurangi stres. Selain untuk mengurangi stres, mimpi ketika tidur juga merupakan upaya otak menjaga tubuh agar tetap waras. Selain itu, terjadinya mimpi juga dipengaruhi oleh intensitas emosional. Jika mimpi itu tidak berkesan, maka isi mimpi akan cepat mudah terlupakan. Tetapi jika mimpi itu berkesan, maka akan sangat mudah untuk diingat. Serta, mimpi itu terjadi pada tahap tidur R atau REM (Rapid Eye Movement) atau tidur nyenyak.


Selamat Membaca. Semoga Bermanfaat.